PERBEDAAN PENGARUH FRAUD HEXAGON TERHADAP INDIKASI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DENGAN DIVERSITAS GENDER

Kecurangan laporan keuangan merupakan tindakan penyajian laporan keuangan yang mengandung salah saji material secara sengaja oleh pelaku kecurangan sehingga mengakibatkan kerugian kepada pengguna laporan keuangan. Perilaku kecurangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya melalui karakteristik gender. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pengaruh dari enam faktor dalam model fraud hexagon terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan di perusahaan yang memiliki diversitas gender dalam struktur direksi dan perusahaan tanpa diversitas gender. Unsur fraud hexagon yang digunakan dalam penelitian ini meliputi unsur tekanan (tekanan eksternal), peluang (whistleblowing system), rasionalisasi (remunerasi direksi), kapabilitas (pergantian direksi), arogansi (masa jabatan direktur utama), dan kolusi (dualitas direktur utama). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan sektor pertambangan periode 2017-2021 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling sehingga diperoleh 228 data observasi meliputi 148 pengamatan sebagai sampel perusahaan tanpa diversitas gender dan 80 pengamatan sebagai sampel perusahaan dengan diversitas gender. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kolusi pada perusahaan dengan diversitas gender memiliki pengaruh yang lebih rendah terhadap peningkatan kecurangan laporan keuangan. Adapun faktor tekanan, peluang, rasionalisasi, kapabilitas, dan arogansi pada perusahaan yang memiliki representasi perempuan dalam struktur direksi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.