PENGUATAN KINERJA INDUSTRI MEBEL MELALUI STRATEGI PEMBERDAYAAN (Studi Empiris di Kabupaten Jepara Provinsi JawaTengah)

Industri mebel Jepara merupakan sektor unggulan perekonomian yang berkembang dari talenta lokal seni ukir Kabupaten Jepara. Kerajinan mebel ukir menjadi industri rumahan (home industry) yang ditekuni masyarakat Jepara sebagai sumber mata pencaharian rumah tangga. Perkembangan pesat industri mebel Jepara terjadi pada era tahun 1990-an dan mencapai puncaknya pada tahun 2004 yang didorong oleh ketersediaan bahan baku dan pasar ekspor yang tumbuh pesat. Setelah 2004 hingga tahun 2010 terjadi kecenderungan penurunan makin tajam yang antara lain disebabkan karena kurangnya ketersediaan bahan baku dan resesi global. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: kinerja, tingkat keberdayaan dan strategi pemberdayaan industri mebel Kabupaten Jepara. Target penelitian adalah industri mebel skala kecil, menengah dan besar. Metode pengambilan sampel melalui multistage sampling yaitu stratified sampling dan purposive sampling dengan sampel sebanyak 127 pemilik usaha mebel. Data untuk tujuan analisis diperoleh dari data sekunder, observasi, wawancara mendalam dengan tokoh kunci yang berkompeten, FGD dan diproses dengan statistik deskriptif serta Analisis Hirarki Proses (AHP). Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa, sektor-sektor unggulan Kabupaten Jepara berkurang, hal ini dibuktikan oleh sektor yang memiliki nilai LQ (location Quotient) lebih dari satu, hanya ada tiga sektor, sedangkan tahun 2007 ada 6 sektor. Melalui analisis shift share diketahui bahwa, penurunan sektor unggulan disebabkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang negatif (Rp. 36.323.890.000,-). Analisis structure-conduct-performance, menunjukkan struktur pasar industri mebel Jepara adalah struktur persaingan monopolistik. Perilaku (conduct) yang merupakan pola tanggapan industri di dalam pasar, khususnya skala industri kecil dan menengah masih lemah. Kinerja Skala industri besar dilihat dari profitabilitas, R/C ratio, value added dan efisiensinya menunjukkan kinerja yang bagus. Tingkat keberdayaan pada skala industri kecil dan menengah masih rendah (≤ 50%), sedangkan pada skala besar tingkat keberdayaan tinggi (≥ 50%). Strategi yang dirumuskan dengan wawancara mendalam, FGD dengan fihak-fihak yang berkompeten, didukung dengan bukti kuantitatif dari AHPnya menunjukkan bahwa prioritas pemberdayaan perlu diberikan pada skala industri kecil dan menengah, terutama aspek distribusi dan aspek produksi. Aspek distribusi antara lain bantuan promosi penjualan, insentif pajak dan penguatan market intelligance, sedangkan aspek produksi antara lain bantuan kredit modal usaha dengan bunga lunak, ketersediaan bahan baku kayu dan regulasi tataniaga bahan baku.