MODEL INTERAKSI ANTARA AUDITOR DAN AUDITEE DALAM AUDIT LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2019

Penelitian tentang interaksi antara auditor dan auditee pada sector publik mengungkapkan meningkatnya fenomena negosiasi, karena orientasi model hubungan antara auditor dan auditee saat ini adalah negosiasi (Kleinman & Palmon, 2000). Sedangkan interaksi antara auditor dan auditee di sektor publik, khususnya audit laporan dana kampanye pemilu belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga sangat menarik untuk diteliti dan diungkapkan. Serta memberi kontribusi pada pengembangan teori dan praktek akuntansi, khususnya bidang auditing. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan model interaksi antara auditor dan auditee pada audit laporan dana kampanye partai politik dalam pemilu legislatif 2019 di Indonesia. Merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigm interpretif dan metodologi grounded theory, karena tujuan utamanya untuk menemukan teori baru berdasarkan data empiris. Penelitian ini dilakukamn di kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur, Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan trianggulasi, yang meliputu : wawancara dan Kelompok diskusi terfokus, observasi dan dokumentasi. Metodologi grounded theory yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan Strauss & Corbin (1998), dipilih karena memiliki prosedur yang lebih sistematis. Dengan memakai analisa pengkodean yang terdiri dari: pengkodean terbuka, pengkodean berporos dan pengkodean substantif. Hasil penelitian menemukan bahwa interaksi antara auditor dan auditee pada audit laporan dana kampanye partai politik dalam pemilu legislatif 2019 dilakukan dengan model “saling mempertahankan posisi”. Auditor yang kokoh dalam menjalankan sikap professional dengan menjaga etika profesinya. Sedangkan auditee bersikap patuh pada institusinya dengan menjalankan strategi yang telah di rancang oleh aktor institusional mereka. Keduabelah pihak memiliki perbedaan karakteristik yang komplek. Auditor merupakan institusi profesi yang memiliki aturan yang ketat, sedangkan auditee adalah partai politik yang merupakan institusi yang memiliki aturan tidak ketat. Perbedaan karakteristik institusional yang tajam antara auditor dan auditee berdampak pada adanya perbedaan logika institusional. Dalam penelitian ini terungkap pula bahwa adanya pergeseran logika institusional dari auditor untuk tujuan komersil menjadi auditor untuk kepentingan negara. Pergeseran logika ini terjadi karena adanya resiko audit yang besar, serta karena auditor termotivasi untuk ikut berpartisipasi mensukseskan agenda politik nasional. Dengan logika yang baru sebagai auditor untuk kepentingan negara, auditor bermaksud membangun reputasi KAP, sedangkan auditee dalam berinteraksi menerapkan berbagai strategi yang dirancang oleh aktor institusionalnya sesuai dengan kondisi dan tujuan institusinya masing-masing. Cara berinteraksi yang berbeda antara auditor dan auditee, menunjukan suatu kerja institusional.