MULYONO, Sungkowo Edy and WARIDIN, Waridin and SUSILOWATI, Indah and SANTOSA, Purbayu Budi,(April 2011), MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI JALUR PENDIDIKAN NON FORMAL UNTUK MEWUJUDKAN USAHA MANDIRI BAGI ORANG MISKIN (Studi Empiris di Kota Semarang). , UNSPECIFIED, UNSPECIFIED
Text (Cover)
- Published Version
Download (233kB)
Download (233kB)
Text (Abstrak (Inggris))
- Published Version
Download (155kB)
Download (155kB)
Text (Abstrak (Indonesia))
- Published Version
Download (159kB)
Download (159kB)
Text (Daftar Isi)
- Published Version
Download (17kB)
Download (17kB)
Text (Daftar Pustaka)
- Published Version
Download (36kB)
Download (36kB)
Text (Fulltext PDF Bookmarks)
Restricted to Repository staff only
Download (7MB) | Request a copy
Restricted to Repository staff only
Download (7MB) | Request a copy
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis profil orang miskin yang
menganggur, berusia produktif dan berpotensi di Kota Semarang; (2) menganalisis
kebutuhan pasar untuk mewujudkan usaha mandiri; (3) memformulasikan strategi
pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan usaha mandiri bagi; (4) merumuskan
model pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan usaha mandiri; dan (5)
mengestimasi biaya transaksi (transaction cost) yang diperlukan untuk melaksanakan
program pemberdayaan masyarakat bagi orang miskin yang menganggur, dan
berpotensi. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui
wawancara kepada responden dan key-persons. Dengan multi stage sampling dipilih 152
orang miskin yang menganggur, diantara mereka adalah 65 kepala rumah tangga. Data
sekunder yang digunakan adalah data penduduk miskin yang menganggur, usia
produktif, dan berpotensi yang berlokasi di Kecamatan Semarang Barat, Semarang
Timur, Semarang Tengah, Semarang Utara, dan Gajahmungkur. Selain itu juga
dikumpulkan data mengenai hal yang sama atau terkait, dari sumber jurnal, buku, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan. Statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan profil orang miskin yang menganggur dan berpotensi, kebutuhan pasar,
dan usaha mandiri. Transaction Cost digunakan untuk mengestimasi besaran biaya
transaksi yang diperlukan untuk pemberdayaan masyarakat agar tercapai usaha mandiri.
Profil orang miskin yang menganggur di Kota Semarang, pada dasarnya
dibedakan menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Secara fisik kemiskinan berupa status
kepemilikan rumah, yaitu milik sendiri dan milik orang lain (kontrak), selain itu juga
berupa status kepemilikan tanah, yaitu hak milik dan milik negara, serta berupa kondisi
rumah, yaitu layak dan belum layak, dan asset yang dimiliki berupa meja kursi, almari,
serta televisi. Kondisi rumah belum layak karena ukuran rumah kecil, dinding separuh
tembok dan separuh papan, bahkan ada yang hanya dari papan atau tripleks saja. Sedang
lantainya terbuat dari plesteran (bukan ubin atau keramik) dan asset yang dimiliki sangat
sederhana, seperti meja kursi tamu yang hanya terbuat dari kayu kalimantan dan tidak
ada busanya, serta dalam kondisi yang sudah rusak. Untuk almari pakaian terbuat dari
bahan tripleks atau kayu kalimantan, serta televisi yang dimiliki ada yang berukuran 14
inci ataupun 21 inci. Adapun secara non fisik berupa pendapatan, dan keseluruhan
responden berpendapatan rendah antara 400.000 - 700.000. Pekerjaan responden sebagai
kepala keluarga, bekerja tidak tetap, dan yang bukan sebagai kepala keluarga tidak
memiliki pekerjaan bekerja, sedangkan potensi yang dimiliki masyarakat miskin berupa usia produktif, pendidikan serta keterampilan. Untuk kebutuhan pokok seperti makan,
sandang pada umumnya masih terabaikan. Kebutuhan pasar, baik dunia usaha maupun
industri yang saat ini sedang diminati masyarakat miskin antara lain; untuk dunia usaha
dagang, salon, bengkel sepeda motor, menjahit, sablon, dan jasa servis, sedang yang
berkenaan dengan dunia industri antara lain; pabrik garmen, pabrik roti, pabrik sepatu.
Adapun strategi pemberdayaan masyarakat miskin yang menganggur, dan berpotensi
terdapat 4 strategi sesuai skenario; skenario (1) memiliki kemauan tetapi tidak memiliki
kemampuan, pelatihan dimulai dari awal sampai mampu melakukan usaha mandiri;
skenario (2) memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan, yaitu memberikan
motivasi dan penyuluhan; skenario (3) memiliki kemauan dan kemampuan tetapi tidak
mau berkembang karena merasa sudah cukup, penyadaran pandangan hidup melalui
pendidikan keagamaan; dan skenario (4) memiliki kemauan serta kemampuan tetapi
tidak mau bekerja karena malas, melalui motivasi dan pemberian contoh-contoh.
Sedangkan yang memiliki kemampuan dan kemauan, pelatihan usaha mandiri atau
mencari alternatif ke wilayah lain. Adapun strategi secara keseluruhan melalui
penyadaran, transformasi, dan peningkatan intelektual.
Sedangkan model strategi pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan perbaikan,
dan untuk biaya transaksi pemberdayaan yaitu biaya informasi, biaya pengambilan
keputusan dan biaya operasional, perlu disesuaikan dengan kenaikan harga berlaku.
Biaya transaksi dihitung berdasarkan kelompok pemberdayaan, yaitu setiap
kelompoknya terdiri dari 10 warga belajar dengan biaya dari pemerintah sebesar
Rp.25.000.000,00. Biaya pemberdayaan ini sudah tidak relevan lagi di era sekarang,
mengingat harga barang dan jasa sudah meningkat. Sedang untuk mencukupi biaya
pemberdayaan melalui skenario (1) memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan
membutuhkan biaya sebesar 40.000.000,-/kegiatan skenario (2) memiliki kemampuan
tetapi tidak memiliki kemauan, yaitu memberikan motivasi dan penyuluhan
membutuhkan biaya sebesar 31.000.000,-/kegiatan skenario (3) memiliki kemauan dan
kemampuan tetapi tidak mau berkembang karena merasa sudah cukup membutuhkan
biaya sebesar 30.000.000,-/kegiatan dan, skenario (4) memiliki kemauan serta
kemampuan tetapi tidak mau bekerja karena malas membutuhkan biaya sebesar
25.000.000,-/kegiatan. Adapun biaya transaksi secara keseluruhan untuk pemberdayaan
masyarakat miskin yang menganggur di Kota Semarang mencapai Rp.
239.028.000.000,00, mengingat harga-harga kebutuhan untuk penyelenggaraan sudah
meningkat.
Usaha mandiri pada dasarnya diarahkan ke dunia usaha maupun dunia industri,
dimana setiap usaha mandiri disesuai dengan kebutuhan pasar lokal, nasional, dan
bilamana perlu internasional. Agar usaha mandiri dapat dicapai maka pemerintah perlu
memberikan bantuan baik berupa dana ataupun berupa informasi.
Keywords : | Poverty, unemployment, productive, community empowerment, education-non-formal, independent, Semarang., Kemiskinan, pengangguran, produktif, pemberdayaan masyarakat, pendidikan-nonformal, mandiri, Semarang. |
---|---|
Journal or Publication Title: | UNSPECIFIED |
Volume: | UNSPECIFIED |
Number: | UNSPECIFIED |
Item Type: | Thesis (PhD) |
Subjects: | Ekonomi Pembangunan |
Depositing User: | Yuwono Yuwono |
Date Deposited: | 30 Aug 2022 02:41 |
Last Modified: | 30 Aug 2022 02:41 |
URI: | https://repofeb.undip.ac.id/id/eprint/11441 |