EFISIENSI BELANJA SEKTOR INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Pembangunan infrastruktur merupakan sektor yang berposisi startegis dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah. Dan, pada sisi lain masih sedikit kajian yang membahas tentang belanja sektor infrastruktur. Mengingat luasnya cakupan permasalahan sektor infrastruktur, maka penelitian ini membatasi pada dua lingkup sub sektor infrastruktur yaitu: jalan raya dan irigasi. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi sub sektor jalan raya dan irigasi, membandingkan sub sektor apa yang paling efisien, dan rekomendasi apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan efisiensi sub sektor jalan raya dan irigasi agar efisien. Metode analisis yang akan digunakan adalah Frontier dan DEA. Adapun cakupan data yang hendak digali dan dianalisis dalam penelitian ini melingkupi 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat efisiensi sektor jalan raya dan irigasi secara rata-rata berada pada tingkat yang belum efisien. Rata-rata tingkat efisiensi sub sektor jalan raya selama periode penelitian 3 tahun dari tahun 2007-2009 adalah 88,91 % berdasarkan perhitungan frontier dan 97,16 % berdasarkan hasil perhitungan DEA. Rata-rata tingkat efisiensi sub sektor irigasi selama periode penelitian 3 tahun adalah 86,85 % menurut perhitungan frontier dan 96,35 % menurut hasil perhitungan DEA. Perbandingan tingkat efisiensi sektor infrastruktur menunjukkan sub sektor jalan raya lebih efisien daripada sub sektor irigasi. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor jalan raya cenderung mendapat atau menjadi perhatian pemerintah daerah kabupaten/kota selama tahun 2007 - 2009 karena jalan raya merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah terutama pada sektor industri pengolahan dan perdagangan yang membutuhkan jalur distribusi yang layak dan memadai. Berdasarkan hasil rekomendasi DEA, pada tahun 2007 sampai 2009 pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih bisa meningkatkan efisiensi sub sektor jalan raya dengan menambah jumlah kondisi jalan baik rata-rata sebesar 7,44 % dan menghemat belanja jalan raya rata-rata sebesar 2,90 % serta membatasi jumlah kendaraan rata-rata sebesar 4,76 %. Sedangkan untuk sub sektor irigasi, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menambah luas sawah berpengairan teknis rata-rata sebesar 2,46 %, menghemat belanja irigasi sebesar 3,80 %, dan terdapat rata-rata 3,70 % luas sawah yang tidak produktif yang cenderung menjadikan tidak optimalnya fungsi irigasi. Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah efisiensi sektor infrastruktur belum efisien karena masih adanya berbagai permasalahan yang memerlukan penyesuaian pada tataran input maupun output, sinergi antar sub sektor jalan raya dengan irigasi dalam menopang pertumbuhan ekonomi, kerjasama antar daerah, dan perencanaan yang mengedepankan kesesuaian input serta capaian target output yang lebih tinggi.